Selasa, 22 Mei 2012

Sejarah Awal Suku Tolaki

Berdasarkan tarikh masehi berdirinya kerajaan ini, maka tidak heran jika banyak kalangan meyakini bahwa Padangguni adalah Kerajaan Prasejarah Tertua di Indonesia, lebih dahulu ada dibandingkan Kerajaan Kutai yang muncul pada abad ke-4.
Pewarta-Indonesia, Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Itulah salah satu topik pidato Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno yang amat popoler dan masih menjadi acuan politik pemerintah maupun rakyat hingga saat ini, Jas merah! Sejarah memang selalu jadi legenda nyata yang akan mempengaruhi kehidupan manusia, juga perjalanan hidup suatu bangsa. Tidak ada satupun bangsa atau negara di dunia ini yang steril dari kisah sejarah masa lampau bangsa atau negara itu. Heroisme yang dipertontonkan generasi masa lalu akan terefleksi dalam setiap gerak hidup generasi penerusnya. “Nenek moyangku orang pelaut...” sebuah ungkapan nyanyian anak-anak yang menjadi cerminan kebesaran dan kedigdayaan bangsa Indonesia di masa lampau, yang terwariskan mempengaruhi sejarah kehidupan mayoritas masyarakat sepanjang pantai di kepulauan Indonesia saat ini. Bangsa besar lahir dari sejarah kebangsaan yang besar pula.
Betapa pentingnya mengetahui dan memahami sejarah bangsa. Maka mencari, meneliti, dan menelurusi jejak hidup nenek-moyang kita dengan segala bentuk dan struktur kehidupan masyarakatnya adalah tugas sejarah yang mesti dilaksanakan oleh generasi masa kini dan mendatang. Kepedulian kita tentang sejarah dan budaya nenek moyang bangsa akan memperkaya khasanah kebudayaan di tanah air yang pada gilirannya dapat berpotensi menjadi salah satu tujuan wisata sejarah. Dengan mengetahui sejarah bangsa, kita boleh menyadari bahwa di Indonesia ini pernah lahir lebih dari 1000 buah kerajaan, sebuah angka fantastis yang tidak akan pernah kita jumpai di belahan dunia lainnya. Dari penelitian kesejarahaan masyarakat tradisional di nusantara, kita juga dapat mengetahui bahwa tata pemerintahan tradisional yang menjunjung tinggi keberadaan aturan hukum selayaknya undang-undang di jaman kini, sudah eksis sejak dahulu kala. Salah satunya adalah Kalo Sara Hukum Adat di kerajaan kuno, Kerajaan Padangguni.

Kerajaan Tertua di Indonesia
Kerajaan Padangguni merupakan kerajaan kecil di wilayah Kendari, Sulawesi Tenggara. Rakyat kerajaan ini berasal dari suku Tolaki kuno yang hingga hari ini masih eksis dengan tetap mempertahankan tradisi kuno yang diwarisi secara turun-temurun dari nenek-moyang mereka. Komunitas suku Tolaki kuno di jaman prasejarah masa lampau itu berkembang menjadi sebuah kerajaan yang didirikan oleh Raja Larumbesi Tanggolowuta I pada abad ke-2 Masehi. Dalam kitab Bunduwula disebutkan bahwa Kerajaan Padangguni dahulu disebut Owuta Puasa yang berarti Tanah Pusaka atau Tanah Leluhur. Berdasarkan tarikh masehi berdirinya kerjaaan ini, maka tidak heran jika banyak kalangan meyakini bahwa Padangguni adalah Kerajaan Prasejarah Tertua di Indonesia, lebih dahulu dibandingkan Kerajaan Kutai yang muncul pada abad ke-4.
Masyarakat suku Tolaki kuno di Kerajaan Padangguni pada saat sebelum datangnya agama Hindu-Budha menganut kepercayaan Animisme, Dinamisme, dan Totenisme. Kemudian pada awal abad XIV mereka beralih kepercayaan menganut agama Hindu. Oleh karena itulah Lambang Dewa Shiwa dipergunakan sebagai Lambang Kalo Sara hukum adat setempat untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang timbul dalam masyarakat. Bagi yang tidak tunduk dan tidak mematuhi Kalo Sara hukum adat ini dipercaya akan mendapatkan kutukan.

Agama Hindu-Budha yang dianut masyarakat pada saat itu tidak sama persis dengan agama Hindu yang berkembang di India. Hal ini karena disesuaikan dengan kepercayaan masyarakat sehingga terjadi akulturasi dalam wujud agama Hindu-Budha. Perkembangan kepercayaan masyarakat kerajaan Padangguni nampak dari struktur pemerintahan sejak jaman Hindu s/d abad XIX. Corak pemerintahan dipengaruhi oleh akulturasi Hindu-Buddha yang selanjutnya berakulturasi lagi dengan kebudayaan Islam yang masuk dari kerajaan Goa-Tallo di Sulawesi Selatan. Fenomena terakhir, pengangkatan raja Kerajaan Padangguni yakni Raja Bunduwula XII yang diberi gelar Sultan dilakukan dengan pertimbangan penyesuaian kebudayaan Islam. Dalam bahasa Tolaki, kerajaan dipimpin oleh seorang Raja atau Mokole dan keturunannya yang disebut Anakia (laki-laki) dan Anawai (perempuan), sedangkan kesultanan menurut terminologi bahasa Arab adalah sama dengan kerajaan yang dipimpin oleh seorang Sultan.

Beberapa catatan sejarah dan bukti yang masih tersisa berupa budaya dan peninggalan tertulis, diantaranya kitab-kitab yang berisikan tentang perjalanan suku Tolaki, silsilah raja-raja, dan peristiwa-peristiwa lainnya. Kitab Ilagaligo adalah kitab yang berasal dari kerajaan Goa-Tallo yang menjelaskan tentang asal-usul Raja Bunduwula I. Kitab Taenango suku Tolaki kuno yang memuat asal-usul kejadian manusia dan berisi nasehat-nasehat kehidupan, dan riwayat perjalanan hidup suku Tolaki yang diceritakan dalam bentuk syair. Kitab ini biasanya dibaca dengan cara dinyanyikan pada saat upacara keagamaan dan upacara perkawinan. Kitab Bunduwula Sangia Wonua Sorume menjelaskan asal-usul terbentuknya kerajaan Padangguni.
Kalo Sara Hukum Adat

Di bidang kebudayaan, terdapat budaya Kalo Sara Hukum Adat yang menjadi pedoman bertingkah-laku anggota masyarakat Tolaki kuno hingga generasinya saat ini. Barangsiapa yang tidak mematuhi hukum adat tersebut dipercaya akan mendapatkan kutukan. Juga, dapat disaksikan pementasan sakral budaya Tarian Ulo. Tarian ini bisanya digunakan untuk penyembahan pada dewa dan leluhur dan orang tua atau raja yang sudah meninggal. Selain itu, masyarakat Tolaki di kerajaan Padangguni yang masih tradisional itu menguasai ilmu meteorologi dan geofisika (Matanggawe), perhitungan waktu (Bilangari), dan seni bangunan.
Dalam kitab Bunduwula dan kitab Taenango menjelaskan struktur organisasi pemerintahan kerajaan Padangguni sebagai pusat kerajaan. Kerajaan Padangguni membawahi daerah-daerah yang diperintah oleh seorang Mokole atau Raja, Inowa, Inowa Owa, Wonua, Napo dan Kambo. Daerah-daerah tersebut menjadi anggota persekutuan pemerintahan kerajaan Padangguni yang umumnya masih kerabat atau keluarga dekat Raja Bunduwula yang memerintah dalam wilayah/daerah secara otonom. Raja Bunduwula memerintah atas nama daerah-daerah itu dengan Mokole-mokole/Raja, Inowa, Inowa owa. Apabila Raja Padangguni bertindak keluar, ia merupakan wakil rakyat yang berkuasa penuh, sedangkan jika bertindak kedalam ia merupakan lambang nenek-moyang yang didewakan.

Pewaris Mokole Bunduwula
Sumber informasi sejarah kerajaan Padangguni menurut catatan dalam kitab Ilagaligo, Kitab filsafat Taenago dan Kitab Bunduwula, ternyata tidak ada catatan peralihan Dinasti Raja Larumbesi Tanggolowuta I di abad ke-2 Masehi ke Dinasti Mokole Bunduwula I abad ke-16, Sangia Wonua Sorume Mokole Padangguni Inea Sinumo Wuta Mbinosito (Daerah Istimewa) Totongano Wonua (Raja Pusat Negeri) Lembui Lenggobaho (Sulawesi Tenggara) tahun 1574-1649. Pemerintahannya dilanjutkan oleh Raja Bunduwula II yang bernama Welimondi (1649-1715) dengan Gelar Anawai Ndo Padangguni II (ratu). Berturut-turut selanjutnya adalah Raja Padangguni III bernama Maranai (1715-1745) dengan Gelar Mokole Bunduwula III Inea Sinumo Wutoa Mbinotiso. Raja Padangguni IV bernama Wesande dengan Gelar Anawai Ndo Padangguni IV Inea Sinumo Wuta Mbinotiso Bunduwula IV (1745-1775). Raja Padangguni V bernama Dahoro dengan Gelar Bunduwula V Inea Sinumo Wuta Mbinotiso (1775-1815). Kemudian Raja Padangguni VI bernama LAO dengan Gelar Mokole Bunduwula VI Inea Sinumo Wuta Mbinotiso (1815-1845). Raja Padangguni VII bernama Danda yang diberi Gelar Mokole Bunduwula VII Inea Sinumo Wuta Mbinotiso (1845-1875). Raja Padangguni VIII bernama Labandonga dengan Gelar Mokole Bunduwula VIII Inea Sinumo Wuta Mbinotiso (1845-1905), Raja Padangguni IX bernama Sandima dengan Gelar Mokole Bunduwula IX Inea Sinumo Wuta Mbinotiso (1905-1935). Raja Padangguni X bernama Beangga dengan Gelar Mokole Bunduwula X Inea Sinumo Wuta Mbinotiso (1935-1959). Selanjutnya Raja Padangguni XI bernama Tariambo anak dari Raja Sandima dengan Gelar Mokole Bunduwula XI Inea Sinumo Wuta Mbinotiso (1959-1978).

Kekacauan yang terjadi akibat pemberotakan DI/Permesta beberapa dekade silam telah mempengaruhi proses peralihan kepemimpinan di Kerajaan Padangguni. Bahkan, istana kerajaan telah musnah dibakar oleh gerombolan pengacau keamanan karena pihak kerajaan teguh berpihak kepada Pemerintahan RI. Namun, sejarah belum usai. Pemegang tampuk kepemimpinan terakhir Kerajaan Padangguni, Raja Padangguni XI, Mokole Tariambo kemudian menitipkan Mahkota Kerajaan Padangguni kepada keponakannya Bunduwula Yusuf dengan amanat agar kelak diserahkan kepada Putra Mahkota Kerajaan Padangguni yaitu Abdul Aziz Riambo. Penobatan Abdul Azis Riambo dengan Gelar Sultan Anakia Mokole Bunduwula XII Inea Sinumo Wuta Mbinotiso telah dilangsungkan di hadapan masyarakat adat Tolaki Kerajaan Padangguni pada tanggal 20 Juni 2001. Raja Bunduwula XII, tugas sejarah telah diletakkan di pundak Paduka. Masyarakat adat di Kerajaan Padangguni menanti sabda dan titah Baginda Raja. (WL)

Obyek Wisata Kabupaten Kolaka

PERMANDIAN ALAM TAMBORASI
Terletak di Desa Tamborasi Kecamatan Wolo di sebelah Utara Kota Kolaka dengan jarak 80 Km dapat ditempuh dengan kendaraan darat 1 sampai 2 jam juga dapat ditempuh dengan kendaraan Laut. Pantai Tamborasi mempunyai daya Tarik tersendiri dengan julukan sungai terpendek di Dunia dengan panjang 20 M dan lebar 15 M serta pemandangan yang sejuk dan airnya mempunyai dua macam yakni hangat dan dingin, sehingga pengunjung betah jadinya apalagi dengan pasir putih disepanjang pesisir pantai yang sangat menajubkan setiap pengunjung baik wisnus dan wisman. Di sebelah barat Tamborasi terdapat Gunung yang menyimpan kekayaan alam dengan adanya Batu Marmer sepanjang jalan menuju Pantai Tamborasi.


PERMANDIAN PANTAI HARAPAN
Selain Pantai Tamborasi kolaka yang terlatak dikecamatan Wolo perbatasan Kolaka Utara, yang menjadi objek wisata warga Kolaka, kini juga hadir pantai harapan yang berada di kompleks PT Antam Pomalaa.
Setiap akhir pekan atau hari libur, pantai harapan Pomalaa yang tercipta atas hasil karya perusahaan tambang PT Antam Tbk ini menjadi favorit warga kolaka. 
Letaknya yang dekat bahkan berada ditengah kompleks PT Antam Pomalaa, membuat warga Kolaka dan sekitarnya memilih pantai harapan sebagai tempat rekreasi keluarga.  Apalagi, untuk masuk kepantai harapan tidak dipungut biaya satu sen pun.
Nuansa kenyamanan dan ketertiban juga sangat dirasakan oleh pengunjung yang berwisata kesana, sebab pihak perusahaan antam tidak hanya membangun kolam renang tetapi, juga melengkapi dengan segala fasilitas bersantai seperti tribun, pondokan untuk melangsungkan acara, fasilitas kamar mandi dan WC serta kamar ganti pakaian.
Kebersihan pantai juga sangat terjaga, tidak ada sampah yang berserakan sebab selain disediakan tempat pembuangan sampah, setiap saat pengelola juga memonitor sampah buangan.
Menjelang magrib, pengunjung akan disuguhkan dengan keindahan pemandangan sunset yang terbenam keperaduannya

OBJEK WISATA ULUNGGOLAKA
Wisata Alam Mangolo dikenal dengan Air Panasnya yang terletak di Ulunggolaka Kelurahan Mangolo Kecamatan Kolaka, disebelah utara Ibu Kota Kolaka diperkirakan 12 Km dan dapat dijangkau dengan kendaraan. Lokasi Air Panas Daerah Wisata ini mempunyai keunikan yang sangat menarik yakni, terdapat tebing-tebing Batu, terdapat Gua-gua Telaga. Daerah ini sangat ideal sekali untuk dijadikan tempat Rekreasi dan Hobby Kemping ke Puncak Gunung karena keadaan Alam dan Panorama yang begitu Indah dan Sejuk yang belum disentuh dengan tangan-tangan terampil masih keadaan asli. 


OBJEK WISATA GOA FIRDAUS
Terletak diketinggian kurang lebih 200 mdpl Goa firdaus merupakan salah satu obyek wisata petualangan yang ada di lokasi taman wisata air panas Ulunggolaka, menurut para tokoh masyarakat yang tinggal didaerah tersebut Goa ini dulunya adalah tempat penyimpanan pusaka serta harta benda kerajaan dan hingga kini masih dipercaya oleh masyarakat setempat Goa ini mempunyai tujuh (7) tingkatan dan hanya orang yang bersih hatinya sampai pada tingkatan ke tujuh. diatas mulut Goa tumbuh pohon beringin yang sangat besar dan akarnya menembus sampai dinding Goa, belum lagi kedalaman Goa yang di penuhi oleh kelelawar yang bersarang di dalamnya.


OBJEK WISATA PANTAI PITURA
Daerah wisata Pantai Pitura yang terletak di Kecamatan Watubangga, berjarak sekitar 75 Km dari ibu kota Kabupaten Kolaka, merupakan sebuah obyek wisata pantai yang memiliki pemandangan laut yang indah. Obyek wisata ini, tidak jauh dari poros jalan sehingga sangat mudah untuk didapati, tempat wisata pitura ini, sangat menjanjikan sebab selain pemandangannya yang indah juga dihiasi sejumlah tanaman bunga-bungaan dan pepohonan seperti pinus, sehingga memberi nuansa keteduhan.

OBJEK WISATA TANJUNG KAYU ANGIN
Daerah wisata yang lagi dikembangkan adalah obyek wisata alam tanjung kayu angin merupakan sebuah tanjung yang memiliki pemandangan laut yang indah karena posisinya yang strategis dekat dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya dgn pantai pasir putih, dengan kondisi alam yang masih bersih dan terletak sekitar 25 km dari kota Kolaka.


OBJEK WISATA BURU
Kawasan Wisata Mata Usu adalah Wisata Buru terletak di Desa Kukutio Kecamatan Watubangga yaitu disebelah Selatan Ibu Kota Kabupaten Kolaka dengan jarak kurang lebih 80 Km dari Kota Kolaka, yang ditempuh dengan kendaraan darat kurang lebih 2,5 jam. Dimana kawsasan tersebut dengan keadaan alam yang cukup dingin dipagi hari kawassan ini sangat potensial dikembangkan sebagai objek Wisata Buru, dan juga terdapat Satwa Langka : Rusa, Babi, dan binatang lainnya, guna mengembangkan wisata berburu utamanya Wisatawan yang Hobby dibidang otomotif generasi muda dapat menyalurkan bakat latihan Rotres dan Relli Mobil. Karena keadaan jalan yang berliku-liku dibawah bukit pegunungan yang sangat indah panoramanya sebagai objek Wisata Buru dan Otomotif juga sangat potensial dikunjungi para Wisatawan untuk beristrahat sambil menikmati pemandangan indah. Objek ini telah dilengkapi fasilitas akomodasi dan fasilitas lainnya.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi anda dan terkhusus saudara-saudaraku yang ada di kabupaten kolaka, semoga bisa menjaga kelestariannya dan yang paling penting adalah tidak menjadikan obyek wisata tersebut sebagai tempat untuk bermaksiat kepada Allah. Karena sebagaimana yang dikatakan oleh alim ulama, tidak sepantasnya menggunakan nikmat-nikmat Allah untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Kabupaten Kolaka

Kabupaten Kolaka adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kolaka. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 6.918,38 km² dan jumlah penduduk 314.812 jiwa (2010). Bupati Kolaka saat ini adalah Drs. H. Buhari Matta, M.Si.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kolaka tahun 2000 atas dasar harga konstan 2000 adalah Rp. 1.963.218.210.000,- dengan pertumbuhan PDRB dalam kurun waktu 2001-2006, yaitu tahun 2001 sebesar 2,43% dan tahun 2003 sebesar 12,76%, kemudian tahun  2004 turun sebesar -14,92% dan tahun 2006 tumbuh sebesar 6,18%.
Berdasarkan harga berlaku tahun dasar 2002 PDRB Perkapita pada tahun 2004 adalah sebesar Rp. 7.839.620,78,- sedangkan tahun 2006 sebesar Rp. 8.925.085,15,- sehingga dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami kenaikan.

Kabupaten Kolaka mencakup jazirah daratan dan kepulauan yang memiliki wilayah daratan seluas 6.918,38 km² dan wilayah perairan/laut diperkirakan seluas ± 15.000 km², berbatasan dengan:
Utara    : Kabupaten Kolaka Utara

Selatan : Kabupaten Bombana

Barat    : Teluk Bone dan Kabupaten Bone

Timur   : Kabupaten Konawe






Topografi dan Hidrologi


Keadaan permukaan wilayah Kabupaten Kolaka umumnya terdiri dari gunung dan bukit yang memanjang dari utara ke selatan, memiliki beberapa sungai yang memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga, kebutuhan industri, kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan irigasi serta pariwisata. Kabupaten Kolaka dipandang dari sudut oseonografi memiliki perairan (laut) yang sangat luas, yaitu diperkirakan mencapai ± 15.000 km2.


Iklim

Wilayah daratan Kabupaten Kolaka mempunyai ketinggian umumnya dibawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa maka daerah ini beriklim tropis dengansuhu udara minimum sekitar 10 °C dan maksimum 31 °C atau rata-rata antara 24 °C - 28 °C.


Wilayah Administrasi

Wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Kolaka pada tahun 2011 terdiri atas 20 kecamatan, 168 desa dan 45 kelurahan.
Wilayah kecamatan terdiri dari:
  1. Kecamatan Loea
  2. Kecamatan Lalolae
  3. Kecamatan Toari
  4. Kecamatan Baula
  5. Kecamatan Kolaka
  6. Kecamatan Ladongi
  7. Kecamatan Lambadia
  8. Kecamatan Latambaga
  9. Kecamatan Mowewe
  10. Kecamatan Pomalaa
  11. Kecamatan Samaturu
  12. Kecamatan Tanggetada
  13. Kecamatan Tirawuta
  14. Kecamatan Uluiwoi
  15. Kecamatan Watubangga
  16. Kecamatan Wolo
  17. Kecamatan Wundulako
  18. Kecamatan Polinggona
  19. Kecamatan Tinondo
  20. Kecamatan Poli-polia

Pemerintahan Desa

Pada tahun 2005 desa yang sudah mencapai tingkat desa swakarya sebanyak 145 desa dari 176 desa/kelurahan sedangkan sebanyak 31 desa merupakan desa swadaya.


Dewan Perwakilan Rakyat

Jumlah anggota DPRD tahun 2005 sebanyak 30 orang yang berasal dari 12 Partai Politik. Produk hukum yang dihasilkan pada tahun 2005 sebanyak 80 produk hukum, yaitu 15 Perda, 33 Keputusan DPRD, 10 Keputusan Pimpinan dan Keputusan Panitia Musyawarah sebanyak 22 buah.

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Kolaka sebanyak 314.812 jiwa yang terdiri dari 161.679 laki-laki dan 153.133 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk pada kurun waktu tahun 2000-2010 rata-rata sebesar 2,79% per tahun.

Persebaran Penduduk

Persentase persebaran penduduk yang berada di bawah 5% adalah Kecamatan Tanggetada, Kecamatan Baula, dan Kecamatan Uluiwoi
Keadaan struktur umur penduduk pada tahun 2005 menunjukan bahwa penduduk usia muda atau berumur dibawah 15 tahun sekitar 35,15%. Beberapa tahun terakhir angka rasio jenis kelamin cenderung stabil pada angka 105 yang berarti setiap ada 100 perempuan ada sebanyak 105 laki-laki.

Ketenagakerjaan

Pada tahun 2005 secara keseluruhan TPAK Kabupaten Kolaka sebesar 116.405 orang dimana sebelumnya pada tahun 2004 terdapat sebanyak 156.617 orang. Angka tersebut belum dapat dijadikan sebagai pedoman karena angkatan kerja pada tahun 2004 masih menyatu dengan Kabupaten Kolaka Utara.
Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Kolaka, terlihat bahwa sektor pertanian masih paling banyak menyerap tenaga kerja, yaitu sebesar 71.415 orang.

Pendidikan

Dilihat dari ratio murid terhadap guru pada tahun 2005/2006 yaitu untuk SD sebesar 23, SLTP sebesar 20 dan SLTA sebesar 13 sebenarnya sudah cukup ideal. Hanya yang menjadi masalah bahwa seorang guru tidak mengajar/tatap muka secara terus-menerus, sehingga sebuah kelas tetap memiliki jumlah siswa lebih dari 30 orang dengan seorang guru yang sedang mengajarnya.

Kesehatan

Tenaga kesehatan pada tahun 2004 sebanyak 320 orang dan pada tahun 2005 naik menjadi 906 orang, sehingga tenaga kesehatan yang tersebar sudah cukup memadai untuk menangani pasien yang ada.

Pertanian dan Perkebunan

Pada tahun 2005 tanaman padi mengalami penurunan luas panen dari semula tahun 2004 sebanyak 22.120 ha menjadi 22.093 ha pada tahun 2005. Cengkeh pada tahun 2004 luas arealnya 1.610,89 ha sedangkan tahun 2005 meningkat menjadi 1.635,34 ha. Komoditi jambu mete luasnya mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2004 seluas 4.706,88 ha dan tahun 2005 menjadi 4.441,38 ha, namun produksinya justru mengalami peningkatan.

Peternakan dan Perikanan

Populasi ternak sapi pada tahun 2004 sebanyak 33.705 ekor mengalami kenaikan pada tahun 2005 menjadi 34.738 ekor. Kecamatan Watubangga selama ini dikenal sebagai pusat ternak di Kabupaten Kolaka seperti sapi, kerbau dan kambing.
Populasi ternak unggas ayam ras terbanyak terdapat di Kecamatan Baula sebesar 351.404 ekor pada tahun 2005.
Pada tahun 2005 produksi ikan tercatat sebesar 25.373,20 ton yang terdiri dari produksi ikan laut sebesar 19.253,30 ton dan ikan darat sebanyak 6.119,90 ton.

Industri dan Pertambangan

Perusahaan industri besar/sedang yang sangat menonjol adalah Pabrik Fero Nikel PT. Aneka Tambang di Kecamatan Pomalaa. Pada tahun 2004 pabrik Feni 3 dan sudah beroperasi pada tahun 2005.
Jumlah perusahaan industri kimia selama 5 tahun mengalami kenaikan dari 291 perusahaantahun 2001 menjadi 304 perusahaan pada tahun 2005, dengan nilai investasi sebesar Rp. 1.169.366.000,- pada tahun 2001 menjadi Rp.1.950.846.000,- tahun 2005 serta nilai produksi naik dari Rp.734.351.000,- pada tahun 2001 menjadi Rp. 1.394.855.000,- tahun 2005.
Perusahaan industri logam dan mesin tahun 2005 sebanyak 168 perusahaan, kenaikan tersebut diikuti kenaikan jumlah tenaga kerja dari 1.177 orang tahun 2001 menjadi 1.256 orang tahun 2005,investasi Rp. 2.205.069.000,- tahun 2001 menjadi Rp. 3.051.561.000,- tahun 2005 dan produksi perusahaan menjadi Rp. 4.119.607.000,- tahun 2005.
Di Kabupaten Kolaka terdapat pertambangan Nikel dan dengan keunggulan tersebut diharapkan mampu memanfaatkan potensi yang ada semaksimal mungkin untuk menunjang perkembangan perekonomian.
Nilai produksi hasil pertambangan pada tahun 2005 mengalami kenaikan produksi bijih nikel, yaitu pada tahun 2004 sebesar 1.312.411 ton dan pada tahun 2005 meningkat sebesar 1.577.602 ton. Dengan kenaikan produksi tersebut, nilai produksi juga mengalami kenaikan dari Rp. 108.237 juta pada tahun 2004 naik menjadi Rp. 148.958 juta pada tahun 2005.

Perdagangan

Nilai jual produksi nikel juga mengalami peningkatan, pada tahun 2004 senilai US $ 16.407.171,31,- dan tahun 2005 meningkat menjadi US $ 41.501.542,73. Namun pada ekspor ferro nikel mengalami penurunan apabila pada tahun 2004 sebesar 30.807,52 ton dan tahun 2005 sebesar 28.680,17 ton. Seiring dengan penurunan nilai ekspor, maka nilainya juga mengalami penurunan dari US $ 87.014.875,99,- pada tahun 2004 menjadi US $ 82.623.725,80,- pada tahun 2005
Nilai ekspor barang melalui Pelabuhan Pomalaa terjadi peningkatan, jika pada tahun 2004 senilai US $110.505.250.300,- pada tahun 2005 meningkat menjadi US $ 136.935.300.540

Panjang Jalan

Panjang jalan pada tahun 2005 tercatat sepanjang 1.348,81 km yang terdiri dari jalan Negara sepanjang 8,17 km, jalan Provinsi sepanjang 162,73 km dan jalan Kabupaten sepanjang 1.032,91 km

Pengangkutan

Kegiatan usaha pelayaran selama tahun 2005, seperti kunjungan kapal, arus barang dan penumpang sebanyak 2.296 kunjungan kapal yang terdiri dari 2.262 pelayaran dalam negeri dan 34 pelayaran luar negeri. Dari 2.262 pelayaran dalam negeri tersebut terjadi bongkar barang sebesar 269.360 ton dan muat 87.630 ton serta penumpang turun sebesar 141.116 orang dan naik 155.887 orang. Kemudian dari pelayran luar negeri tidak terdapat arus naik turun penumpang tetapi terdapat bongkar barang sebesar 25.652 ton dan muat 892.263 ton.

Pos dan Telekomunikasi

Mengenai sarana telekomunikasi yang terdapat di Kabupaten Kolaka pada tahun 2005 sebanyak 3.340 kapasitas sentral berjenis otomat dan 2.800 sambungan telepon induk. Sambungan telepon induk pada tahun 2005 mengalami peningkatan dari tahun 2004sejumlah 2.630 menjadi 2.800 pada tahun 2005.